FOLLOWERS

E-mail dari Nur Hawa

Nur Hawa ni adalah salah seorang peminat novel dari singapura dan pertama kali aku terima email dari dia masa buku MB mula-mula keluar dulu. Masa tu dia hanya mengucapkan tahniah dan memuji MB sangat bagus.
Sebulan lepas tu, aku terima lagi email dari singapura. Rupa-rupanya adik pada Nur Hawa ni yang berusia 12 tahun dan aku terkejut apabila dalam usia yang sebegitu muda, dia boleh balun baca buku MB sampai dua kali dan boleh bercerita A sampai Z tentang apa yang dia baca dalam MB.
Lepas daripada tu, aku ada lagi terima email dari Nur Hawa ni sekadar bertanya khabar dan bertanya perkembangan novel terbaru. Tetapi, semalam email dari Nur Hawa berlainan rentak bicara. Dia bertanyakan tentang status 'anak luar nikah' dan apa yang aku tahu tentang anak luar nikah.




Sejenak berfikir, apa yang aku tahu erk? Rupa-rupanya, aku tak tahu apa-apa tentang itu kecuali hanya mendengar teori dan persepsi masyarakat tentang status anak itu. Jadi, soalannya membuka mata aku untuk mencari fakta dan aku copy & paste fakta ini untuk semua :

Kedudukan Anak Luar Nikah

Soalan:
Saya ada masalah yang menjadi pemikiran saya, begini ada pendapat yang mengatakan bahwa bila kita memegang anak haram maka kita berdosa. Apalagi bila memakan hasil masakannya ataupun bila ia lelaki kita tidak bisa menjadi makmun daripadanya. Apakah pendapat yang saya dengar itu benar? Bagaimana batas yang dimaksud anak haram, karena biasa terjadi seseorang yang misalnya telah hamil 2-3 bulan baru menikah apakah anak yang dilahirkannya kelak menjadi anak haram? Lalu katanya ia harus menikah untuk kedua kalinya dengan suaminya kembali agar anak selanjutnya bila ia melahirkan lagi tidak haram, karena nikah pertama adalah nikah untuk anak yang dihamilkan dan nikah kedua untuk anak-anak selanjutnyanya. Bila ia tidak nikah kedua kalinya maka ia berbuat zinah terus menerus. Apakah memang demikian ataukah sebaliknya? Anak pertama baik ia nikah pertama atau kedua kalinya tetap ia anak haram. mohon jawaban.

Jawapan:
Tidak ada anak atau zuriat yang dilahirkan ke dunia berstatus haram, bahkan kedudukan setiap insan disisi Allah adalah sama tidak kurang sedikitpun. Bahkan tidaklah mengikut fitrah dan syariat jika seseorang itu disebut dengan anak haram kerana tidak ada seorangpun ingin lahir ke dunia dalam keadaan dan berkedudukan haram. Sebenarnya anak yang lahir melalui perzinaan adalah anak yang suci seperti anak-anak yang lain, cuma yang haram adalah pekerjaan zina yang dilakukan kedua pasangan antara lelaki dan wanita yang menyebabkan lahirnya anak tersebut.
Kikislah jauh-jauh anggapan yang keliru yang selama ini menjadi anggapan umum tentang kedudukan anak luar nikah ini. Tidak berdosa memegang anak luar nikah, bahkan mendapat pahala jika kita menyantuni anak-anak tidak kira anak luar nikah atau anak yang diperolehi melalui pernikahan yang sah. Begitu juga memakan hasil masakannya tidak salah bahkan sama kedudukannya kita memakan makanan yang dimasak oleh orang lain. Jika bacaan al Qurannya baik, maka adalah lebih baik kita mengikutinya dan melantiknya sebagai imam.

Anak luar nikah ertinya kehamilan yang terjadi pada wanita tersebut tidak melalui pernikahan yang sah, yang hanya menyebabkan terhalangnya pembahagian harta pusaka menurut hukum faraid. Jika orang yang berzina tersebut menikah setelah kehamilan, dan setelah berlalu enam bulan isterinya melahirkan anaknya tadi maka anak terseut boleh di bin kan kepada bapanya. Jika isterinya melahirkan anak kurang dari tempoh enam bulan menurut mazhab Imam Syafei anak tersebut tidak boleh di bin kan kepada bapa terlibat sebaliknya di bin kan dengan kepada ibunya.

Jadi jika pasangan ini telah menikah ketika masa hamil hasil daripada perzinaan tadi maka tidak perlulah menikah kembali setelah kelahiran anak. Dan anak yang lahir tetap anak manusia yang suci bersih dan bukan anak haram yang haram adalah pekerjaan zina yang dilakukan kedua pasangan tadi. Jika seseorang menghina orang lain dengan sebutan anak haram, maka orang yang menghinalah yang berdosa sedangkan anak tersebut tetap sebagai anak yang suci bersih di sisi Allah SWT.

Kembalilah kepada konsep ajaran Islam yang sebenarnya dan tinggallah perkara yang bersifat khurafat dan bid'ah serta hargai insan lain tidak kira apakah mereka anak yang lahir hasil perzinaan ataupun lahir melalui pernikahan yang sah. Sesungguhnya tidak ada perbezaan antara keduanya di sisi Allah melainkan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Wallahu A'lam.

No comments: